deardian blog personal Dian Ayu Pratiwi.

Kamis, 23 April 2020

6 Cara Bahagia Pasca Stagnasi 22 Tahun

0 comments
6 Cara Bahagia Pasca 22 Tahun Stagnasi- Bahagia, satu kata yang diinginkan oleh seluruh umat manusia. Bahkan menjadi tujuan banyak orang. Kuliah untuk bahagia, menikah dengan tentara supaya bahagia, hijrah agar berubah bahagia, kerja kantoran biar hidup enak dan bahagia, mati-matian daftar PNS juga supaya bahagia, lanjut S2 keluar negeri pun supaya kelak bahagia di masa depan. 

Aku jadi mikir, lah terus kalau semua itu udah dicapai apa bakal betulan bahagia? Dan kalau gak tercapai apakah akan tidak menjadi bahagia? 

Punya rumah, punya mobil, punya bisnis, punya anak, semua-mua alasannya supaya bahagia. 


Ironisnya aku juga termasuk diantara manusia seperti yang aku paparkan diatas. Hal itu yang bikin hidup aku sesak dan sulit. Yup dulu apapun yang aku lakukan tujuannya bahagia. Tapinya setelah tercapai aku masih merasa belum bahagia. Piye jal? Bingung kan?

Ngomongin bahagia, bagi aku adalah sebuah perjalanan yang panjang dan penuh kejutan. Kejutan melegakan, bahwa bahagia bisa sesederhana itu. Tanpa standar-standar tidak berdasar yang ada di masyrakat. 

Awal Perjalanan 

Kisah ini ada juga berawal dari kata "BAHAGIA". Senang dan deg degan Satu Persen ngadain lomba blog, apa lagi temanya "Bahagia Dengan Caraku Sendiri". Kenapa? Karena perjalan aku menemukan kebahagian ada satu persen di dalamnya. 

Sebelumnya juga kalau aku ditanya tentang kebahagian, aku pasti bakal jawab kebahagian dari hal-hal eksternal yang aku punya atau capai seperti prestasi. Serius! 

Pun jika ditanya lagi lebih jauh aku bakal kesulitan jawab. Tetap ngeyel bahwa kebahagian, ya ketika aku lulus kuiah, dapat kerjaan bagus, menikah dengan pria tampan dan kaya, punya anak yang cerdas dan hal eksternal lainnya. 

Titik awal aku ngeh dan tercerahkan serta mau merubah pikiran aku tentang arti kebahagian terjadi pada episode konseling dengan Psikolog. Kompleks banget apa yang aku rasakan hingga akhirnya aku berani memutuskan untuk konseling, yang kemudian hasil diagnosanya ngak diterima oleh orangtua. 
wejangan Kak Ema yang aku jadikan gambar Quotes

Ingat sekali di sesi terakhir, Kak Ema Psikolog klinis yang menangani aku. Bilang ketika bahagia menjadi tujuan, kita akan sangat lelah. Bahkan menjadi tidak bahagia. Maka 
"Tetapkan lah kebahagian sebagai JALAN mencapai tujuan. Agar kita selalu merasakan kebahagian, walaupun terkadang hasil itu tidak sesuai ekspetasi"
Oke, sampai disitu aku paham bahwa kebahagian bukan tujuan, namun aku masih belum paham sebenarnya kek mana kebahagian bagi aku sendiri? Kek mana sih kebahagian yang aku inginkan? Apa yang harus aku lakukan supaya bahagia? Dan banyak lagi pertanyaan lainnya.

Konseling berhasil mengatasi masalah stagnasi yang aku alami. Aku lupa nama gangguannya dalam bahasa ilmiah psikologi. Kak Ema kasih aku wejangan di sesi terakhir konseling, salah satunya mengenali diri sendiri. 

Banyak PR yang Kak Ema kasih seperti menemukan konsep diri atau mengenali diri sendiri (Dananya terbatas jadi waktu konseling hanya fokus ke masalah aku dan penyeesaiannya). Tapi bukannya terbebani, aku justru bersemangat menyelesaikan tugas dari Kak Ema yang aku harus cari sendiri. Gak langsung ujuk-ujuk nemu. Perlu waktu.

Sampai pada saat buka Youtube muncul paling atas di beranda video Satu Persen berjudul Mengatasi Rasa Malas. Ngerasa dong, kok pas banget momennya langsung lah aku tonton. Setelah nonton rasanya "Kok satu persen tau banget sih apa yang aku rasakan dan butuhkan. Apakah ini petunjuk dari Allah?" 

Dari kanal Youtube Satu Persen selanjutnya aku ketemu video tentang Overthinking dan lainnya. Aku ngerasa cemasnya aku setelah konseling hadir lagi dan perlu aku eksekusi sampai keakarnya.  Cuma ya itu ngak tahu caranya. Nah di video itulah akhirnya aku tahu apa yang harus aku lakukan. 



Menariknya adalah sebelum aku konseling ke psikolog aku udah subscribe Youtube Satu Persen. Entah kenapa sebelum itu, nonton video Satu Persen, rasa mantul kek gak ngeh gitu loh sama yang mereka bahas. Kalau nonton ya cuma "Oh begini, ya ya ya tau" udah sebatas itu. 

Berbeda dengan setelah aku selesai konseling, nonton ulang video yang pernah ditonton berasa pikiran aku kebuka, tercerahkan dan paham. Apa karena ganguan mental yang aku alami segitu mempengaruhi hidup aku, sampai yang aku rasain 'Hidup nggak ngejejek (nginjak) tanah' tu terimplementasikan kedalam hal kecil seperti nonton konten Satu Persen? Bisa jadi.

Perjalanan aku menemukan kebahagian, aku akui bukan perjalanan yang singkat dan mudah. Banyak hal mengejutkan seperti ternyata aku punya gangguan stagnansi secara klinis, aku gak kenal diriku, dan kesadaran lainnya. 

Jujur aku ngerasa terlambat, karena semua itu baru aku sadari, cari tahu, pelajari, temukan, lakukan, upayakan dan biasakan di usia ke 23 tahun. Usia yang nggak muda lagi, di saat Evan udah bangun Satu Persen aku malah baru belajar sedikit demi sedikit dari ilmu yang dia punya. Sedih sih. Tapi aku enggak putus asa. 


Serius! Gak ada kata terlambat untuk berkembang menjadi lebih baik. Semua punya porsi waktunya masing-masing. 

Cara Sederhana Menjadi Bahagia

Secara garis besar berdasakan perjalan baru hidupku, dari pasca konseling dengan psikolog sampai akhirnya aku menemukan kebahagian. Ada 6 cara bahagia, hal-hal sederhana yang aku lakukan, dan semoga bermanfaat untuk kamu. 

1. Mencatat Hal yang Membuat Kita Merasa Tidak Bahagia

Cara ini aku dapatkan dari video overthinking Satu persen, seperti kata Evan tulis apa yang hadir dalam lintasan pikiran kita. Lalu aku kepikiran untuk menulis hal-hal yang bikin aku ngerasa nggak bahagia, dari situ aku bisa uraikan apa sebabnya dan mencarikan solusinya. 

Contoh: Aku suka jengkel tiap lihat cucian baju menggunung. Nyucinya juga jadi super capek sampai pingang ngilu. Terus sering mengalami kehabisan stok baju bersih disaat ada event Komunitas Blogger Pontianak. 

Solusinya supaya nggak badmood gara-gara cucian baju menumpuk dan kelelahan sakit pingang yaitu mandi pagi langsung cuci baju. Punya efek yang besar loh, jadi bahagia melihat persedian baju bersih ada banyak. Jadi tenang dan bisa fokus ke kerjaan lainnya, tubuh jadi enteng tanpa beban perkara baju. 

Jadi aku punya daftar hal-hal yang bikin aku merasa tidak bahagia di buku Diary aku.


Nah kalau masalah kesesama manusia misal teman, keluarga dan lainnya, aku dikasih tahu cara mengatasinya oleh Kak Ema mengingat aku punya diagnosa ganguan secara klinis. Cara itu tidak aku bagikan di sini karena belum tentu cocok dengan kondisi mental kamu.

Sebab cara tersebut dibuat Kak Ema menyesuaikan kepribadian aku, dan masalahku. Tapi jangan sedih dulu, kamu bisa cari solusi kamu di konten-konten Youtube Satu Persen, atau layanan mentoring mereka. Sipp ya. Semangat :) 

2. Penting untuk Mengenal Diri Sendiri 

Kenapa penting? Karena jika kita nggak mengenal diri kita sendiri. Nggak tahu apa tujuan hidup kita, nggak tahu apa dan kek gimana karakter kepribadian kita, nggak tahu kekurangan dan kelebihan kita. Nggak tahu nilai dan prinsip hidup kita, kita bakal dan pasti akan pakai standar kebahagian orang lain

Sebelum aku mengenal diriku sendiri, aku pakai standar kebahagian Kakak angkatku. Saking aku terinspirasi oleh beliau, sampai kebahgianku pakai standar dia. Setelah konseling dan mengenali diri lah baru aku ketahui  ternyata aku bukan tipe orang ambisus seperti Kakak angkatku.



Pantas saja selama ini aku ngerasa, sebelumnya sering habis energi kelelahan, sampai lelah mental dan fisik. Ngerik kan? Hidup kek gitu rasanya, tertatih-tatih dan terseok-seok. Nggak enak. Wajar kadang aku nggak bisa mengimbangi ritme kerja dan hidup Kakak ku itu. 

Mengenali diri sendiri membuat kita memiliki konsep hidup, dan memilikinya membuat kita tidak mudah iri oleh kebahagian, pencapian dan kesuksesan orang lain.

3. Mencintai Diri Sendiri 

Dari modal mengenali diri sendiri, aku tahu apa tujuan hidup, personalitiku, nilai dan prinsip berharga di hidupku, tahu kelebihan dan kekuranganku. Aku tahu hal apa yang perlu dirubah, sesulit apa merubahnya, bagaimana caranya dan apa strateginya. Seperti yang disampaikan dalam video satu persen berjudul Cara Mengenali Diri. 

Strategi itu jadi kebiasan baru. Berbentuk rencana agenda harian. Baik yang harus aku lakukan dan list yang nggak perlu aku lakukan. Cara ini berguna, aku jadi hanya fokus pada hal-hal yang perlu aku lakukan. Ketika aku gak sengaja kepikiran melakukan yang ga perlu, aku buka lagi list thing to do aku di hari itu. Kalo nggak gitu, bisa ngablu cuy.

Nah pada saat melakukan kebiasan baru. Itu merupakan wujud bukti nyata aku mencintai diriku sendiri. Bertangung jawab dengan hidupku sendiri. Mengingat  selama 22 tahun aku menjalani  hidup seperti tidak bertangungjawab terhadap diriku sendiri, karena gak perduli apa yang perlu aku lakukan dan yang gak perlu. Yah bisa dibilang hidup sembarang hidup.

sumber: lovecoach.id

Skill mencintai diri sendiri ini berguna kala kita berumah tangga loh. Dalam berumah tangga nanti kita tidak bisa mengantungkan kebahagian kita pada suami. Diri kita sendiri inilah yang akan terus mencintai kita, terus merawat diri kita, terus menghargai saat bahkan suami pun tidak mampu membahagiakan, merawat dan menghargai kita.

Aku pikir jika aku tidak membiasakan sejak saat ini belajar dan latihan mencintai diri sendiri, aku pasti akan kesulitan dan akan banyak menuntut suami. Ya itu karena aku masih berpikiran kebahgian aku tangung jawab suami, bukan diriku sendiri. Bahasa kerennya needy

Bukan mencintai diri sendiri dalam artian narsisme atau egoisme ya. 

4. Miliki Skill Manajemen Emosi

Masih turunan dari manfaat mengenali diri sendiri sebenarnya, tetapi penting untuk ditekankan lagi. Sebab ini merupakan kunci. Aku pikir sangat penting punya skill ini, mulai dari apa itu emosi dan kenapa manusia punya perasaan, memahami apa itu emosi, bagaimana mengontrol emosi, dan bagaimana menghadapi emosi negatif. 

Sumber: lovecoach.id

Lagi, ilmu-ilmu semua itu aku tahu dan belajar di Youtube Satu Persen. Sebelumnya pun aku nggak tahu hal-hal kek gini. 

Kenapa penting? Biar hidup kita nggak dikendalikan oleh emosi. Nggak hanya untuk perempuan saja, laki-laki pun. Supaya tidak menjadi laki-laki tempramen. 

5. Tetap Terhubung dengan Tuhan

Ada satu momen aku sibuk dengan kebiasan baru tanpa sadar menggeser kualitas ibadah, karena diawal membangun itu semua nggak mudah. Seminggu aku loss nggak baca Quran. Segalanya  memang terasa berjalan lancar, kebiasan baru ada progres. Meski begitu tetap aja rasanya tuh gelisah, ada yang kurang. 

Dicari dicari.
Dest!
Disadarilah satu pekan full sama sekali nggak baca Quran. Hati rasa kering. Seperti habis makan enak tapi nggak minum.

Cara-cara praktis senantiasa terkoneksi pada Allah


Maka dari itu menjaga tetap terhubung dengan Allah sangat penting bagiku, khusunya bagi umat Islam. Nah untuk agama lain juga sama. Tetap terhubung dengan Tuhan, dengan caranya masing-masing. 

6. Mendengarkan Podcast/Video Satu Persen atau Self Development Terpercaya

Ini serius! Bukan untuk cari muka. Aku lakukan itu untuk menjaga vibrasi internal diriku agar tetap terjaga dan gak lupa pada hal-hal yang aku anggap penting. Manusia kan kadang sering lupanya ya, apa lagi disaat-saat tertentu perlu disadarkan lagi dengan prinsipnya, nilai-niai hidupnya. 

Magic nya itu narasi-narasi yang disampaikan oleh Co-Founder Satu Persen, Evan, Vicky, dan Kak Rizky ampuh untuk mengingatkan. Selain tentu menambah wawasan dan nampol. Hehehe.



Baik, demikianlah perjalanan dan 6 cara bahagia pasca 22 tahun stagnasi. Aku tahu cara itu tidak mudah, tapi cara itu sangat bekerja. Diatas aku bilang enam cara itu sederhana untuk dilakukan. Terus beajar, terus latihan, terus berkembang dan terus bersyukur. 

Kalau mau diturutin merasa nggak bahagia terus. Diturutin mindset kebahagian itu apa hal-hal eksternal yang aku miliki, kek nya sekarang aku udah gila kali ya. Gila karena kondisi aku saat ini belum sukses berjaya punya banyak uang atau pekerjaan yang enak. Kondisi aku kuliah masih belum selesai, belum kerja,  dan masih jomblo.

Tapi aku puas dengan kehidupan aku sekarang, mengingat gangguan mental yang pernah aku alami hingga berada dititik ini merupakan progres yang luar biasa. Haru malah mampu bertahan selama itu, 22 tahun coy hidup dalam kegelapan terjebak stagnasi.

Seperti yang Evan sampaikan dalam video Mengejar Kebahagian, "Kebahagian itu short term. Kepuasan adalah long term". Aku setuju, toh hidup isinya pergantian aneka rasa. Nggak selamanya sedih terus, nggak juga bahagia terus. Suka duka terus bergantian. Jadi ya udah santuy aja, kek filosofi santuy nya Satu Persen ;) hehe. 

Alih-alih untuk ikut lomba sebetulnya ini lebih ke ucapan terima kasih secara resmi ke Satu Persen. Terima kasih telah membuat konten edukasi yang tidak diajarkan di sekolah (secara gratis lagi). Terima kasih atas didikasi para Co-Founder dan tim. Sebab kalian menjadi bagian sejarah dalam hidupku setelah aku pulih dari stagnasi.
Artikel ini diikut sertakan dalam Satu Persen Blog Competition 


Tanpa Youtube Satu Persen, bisa aku pastikan sampai sekarang aku belum menemukan semua hal berharga diatas. Terlebih di saat Social Distancing seperti saat ini  bisa aja aku gak kuat dan kepicu kolaps lagi. 

Akhir kata semoga bermanfaat ya ^_^
See You ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar