deardian blog personal Dian Ayu Pratiwi.

Minggu, 25 Agustus 2019

Mitos Anak dan Pola Asuh Orang tua di Masyarakat

0 comments
Mitos Anak dan Pola Asuh Orang tua di Masyarakat - Ilmu pola asuh (parenting) Indonesia secara umum masih belum begitu dianggap penting. Memang jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya saat ini sudah semakin banyak orang tua, bahkan generasi muda yang melek tentang pola asuh anak. Peduli, merasa penting dan belajar kepada ahli ilmu Parenting. Hal itu dibantu tersebar melalui media sosial sejuta umat yaitu facebook. 

Selama internet bisa diakses, selama itu pula informasi tentang pola asuh anak dan orang tua bisa  menyapa pengguna internet. Meski begitu masih banyak diluaran dunia maya sana dan dunia nyata masyakat yang masih percaya pada hal mitos tentang anak. 


ilmu parenting

Mitos Anak dan Pola Asuh Orang tua di Masyarakat 

Sepertinya tidak di kampung dan di kota mitos yang akan kita bahas ini seolah sudah mendarah daging di lingkungan masyakat Indonesia tercinta ini. Perlu ilmu dan tingkat kecerdasan serta kesadaran tertentu untuk bijak melihat bahwa yang selama ini tersebar adalah mitos. Mitos yang penyebabnya dapat diidentifikasi, dan solusinya dapat ditemukan. Jika terjadi menimpa pada keluarga bukan hanya sebuah ujian dari Tuhan semata. 

Ngomong-ngomong bab memahami ujian, cobaan itu panjang dan komplek. Nggak bisa kita hanya menyebutkan segala musibah yang menimpa kita sebagai ujian dan cobaan. Bisa jadi akibat dari diri kita sendiri, dan kita perlu tahu agar dapat membedakan mana ujian hidup, mana cobaan dan mana akibat dari perbuatan kita. Tenang, nggak selalu buruk kok. 

Mitos anak dan pola asuh Orangtua di masyarakat yang akan kita bahas ini adalah sebuah peristiwa seorang anak perempuan 'memberikan segalanya' kepada seorang laki-laki diluar ikatan pernikahan. Agak tabu dibahas memang, tetapi jika tidak dijelaskan kita akan terjebak di sebuah mitos yang tak berujung. Mohon maaf ya, tidak semua penduduk negeri ini cerdas dan memiliki pendidikan tinggi. Cerdas dalam artian mampu memahami suatu hikmah dari sebuah peristiwa. 

Sering ya masyarakat kita menganggap bahwa anak perempuan yang memberikan segalanya kepada seorang laki-laki, sebagai suatu saat jika dia punya anak akan mengalami kejadian seperti itu juga. Atau kebalikannya, menganggap bahwa itu adalah karma sebab Ibu nya dulu seperti itu.

Apakah hal itu benar? Malah biasanya masyarakat akan menambahkan dengan pepatah "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya."

"Anak si itu hamil diluar nikah loh."
"Ih masa sih? Emang ya buah jatuh gak jauh dari pohonnya ya, dulu juga mamaknya begitu."
"Ih dasar. Amit-amit. Makanya pacaran jangan kelewatan."
"Orangtuanya gak becus ngurus anak."

Wow.. wow.. Kalem dulu. Jangan menghujat dulu. Kejadian anak hamil diluar menikah itu pasti sangat mengerikan sekali bagi orang tua manapun. Menyisakan luka batin di dalam hati yang amat sangat. Menghancurkan harapan, kebanggan dan cinta kasih serta seglanya yang telah orang tua perjuangkan, korbankan untuk kebahgiaan anak. Apa lagi ditambah lebel, omomgan tetangga bahwa kita sebagai orang tua tidak becus mengurus anak. Huh. Sedih banget.

Hanya Mitos di Masyarakat 

Lalu apakah benar bahwa anak perempuan telah memberikan segalanya kepada seorang laki-laki tanpa ikatan menikah, bahkan hingga hamil, jika ia memiliki anak nantinya akan mengalami kejadian yang sama sebab dosa si Ibu?

Jawabannya: Mitos

Begini penjelasannya, anak yang memberikan segalanya kepada laki-laki adalah bentuk sebuah kasus dalam ilmu pola asuh. Maka hal ini dapat dijelaskan secara keilmuan bukan secara firasat atau intuisi, atau karma saja. Nah ini kan sudah masuk ranah pola asuh anak dan orang tua. Memang betul ada karma, tapi apakah itu betulan karma? 

Bahasan karma sendiri tidak semudah menuduhkan karma itu sendiri ke banyak orang. Ada bab pembahasannya. Nggak asal nuduh sana sini "Oh itu sih karma!" Tidak sama sekali.

Baca Juga: 

Penyebab Mitos 

Apabila kita mendengar tetangga, keluarga atau peristiwa 'Hamil diluar nikah' yang merupakan dampak dari 'Anak perempuan memberikan segalanya kepada laki-laki', jika kita benaran peduli yang harus kita lakukan adalah mencari tahu penyebabnya. Alasan mengapa anak tersebut mau dan rela memberikan segalanya.

Secara ilmu pisikologi anak perempuan memberikan segalanya dapat terjadi karena ia kehilang sosok figur ayah, kehilangan peran ayah, dan kurang kasih sayang orangtua. Bisa kurang kasih sayang masa kanak-kanaknya sehingga ketika ia jatuh cinta pada seorang laki-laki dan laki-laki tersebut begitu perhatian, menyayanginya seolah-olah betulan (walau bisa saja mungkin palsu). Kayak menemukan kolam air di gurun pasir, menyegarkan. Membuat gairah hidup dia naik, dan hatinya senang bahagia. 

Anak akan menjaga betul sumber kebahgaiannya itu. Sebab ia merasa sangat dicintai di berikan kasih sayang yang berlimpah, perhatian dan rasa sangat diinginkan. Tentu ia merasa 'harus memberikan' yang terbaik kepada si laki-laki. Bisa jadi seperti upah, atau mungkin timbal balik. Agar jangan sampai sumber kebahagian itu hilang. 

Karena begini loh, kita pasti akan menjalani hidup berbeda ketika biasanya kita sudah terbiasa menjalaninya dengan semangat. Lalu kemudian harus menjalani dengan hati hampa, kesepian, dan kekosongan. Nggak kuat dia. Akan merasa nggak kuat.

Sudahlah dirumah kita mendapatkan perlakuan biasa saja dari orang tua. Orang tua tidak memberikan perhatian yang lembut penuh kasih sayang, jarang menunjukan bahwa ia bangga memiliki anak seperti dia, ayah enggan menunjukan keakrabannya kepada sang putri. Dapat dipastikan akan mencari kasih sayang yang lainnya lagi.

Orang tua yang kasar, Orang tua yang galak, dingin, cuek adalah penyebabnya. Putri-putri kita kurang kasih sayang yang cukup semasa ia kecil, dan orang tua kecolongan oleh sosok lain yang mampu memberikannya kasih sayang berlimpah ruah yang sekaligus mampu menghancurkan anak.

'Memberikan segalanya' adalah reward kepada laki-laki yang menurut anak perempuan mau memberikan kasih sayang, perhatian, kenyamanan, dan rasa dicintai. Maka ia mau memberikan bagian terbaik dalam hidupnya, segalanya. Sebab ia telah haus kasih sayang.

Masalahnya adalah apakah laki-laki tersebut baik? Bagaiman jika laki-laki tersebut ternyata laki-laki berengsek yang pandai membuat nyaman anak gadis? 

Kemudian apakah hal itu hanya terjadi pada anak dari ibu yang dulu juga melakukan hal sama? Apakah Ibu yang tidak melakukan hal itu, anaknya tidak memiliki peluang mengalami hal tersebut? Tentu saja memiliki peluang. Sebab bukan karena karma dari orang tua, melainkan pola asuh orang tuanya sendiri. 

Oleh karena itu 'Anak yang memberikan segalanya kepada laki-laki sebelum ikatan menikah   yang dianggap masyakat sebagai karma Ibu nya yang juga dulu pernah memberikan segalanya kepada laki-laki di luar ikatan menikah' adalah mitos.

Lebih kepada akibat orang tua kurang paham ilmu parenting, sehingga tidak mengetahui membangun hubungan dan komunikasi dengan anak yang baik seperti apa sih. Bersikap, berucap dan menunjukan kasih sayang kepada anak gimana yang baiknya, yang bikin mereka merasa cukup, yaman, dan aman.

Baca Juga: 

Pencegahan dan Solusi

Berikan anak rasa sayang yang cukup, agar kelak ketika dia jatuh cinta dan menjalin asmara dengan lawan jenis ia tidak haus kasih sayang. Agar ia tidak mempertahankan kasih sayang yang semu dengan menanggalkan harga dirinya. Mulai peduli dan belajar ilmu parenting (pola asuh). Berlatihlah bersikap lebih hangat, menunjukan tindakan, respon, ekspresi dan bentuk rasa cinta kepada anak. Tidak kasar, tidak galak, dan hilangkan membentak anak. 

Kesalahan orang tua adalah merasa kerja mati-matiannya untuk anak merupakan bentuk cinta yang mutlak  Maka wajar batin anak kosong, dan mencari  kekosongan kasih sayang dibatinnya di luar. Padahal anak juga butuh bentuk cinta yang lain. Sikap, ucapan, perlakuan, kelembutan perasaan kasih  sayang yang menyentuh kebahagian batin mereka.

Jika sudah terjadi, tetaplah mencintai mereka. Bimbing mereka untuk menjadikan peristiwa tersebut sebagai pelajaran berharga. Agar tidak terulang pada generasi penerus. Juga bimbingan untuk belajar memaafkan. Membangun kembali kebesaran hati anak, agar lebih tegar, semangat dan bersyukur.

Demikianlah pembahasan mitos anak dan pola asuh orang tua di masyarakat pada bagian 'anak permpuan memberikan segalanya kepada lawan jenis tanpa ikatan pernikahan'. Jika menurutmu artikel ini bermanfaat, yuk share di akun media sosialmu, dan share ke teman-teman, keluarga, kerabat dan sahabatmu. :) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar