deardian blog personal Dian Ayu Pratiwi.

Minggu, 09 Desember 2018

Mengatasi Konflik Paska Sarjana Dengan Orangtua

0 comments

Mengatasi Konflik  Pasca Sarjana Dengan Orangtua. Sebetulnya ini adalah konfil umum yang akan dialami setiap manusia. Hanya saja kapan waktu terjadi konflik ini yang berbeda antara manusia satu dengan yang lainnya. Ada yang sudah mengalami sebelum masuk kuliah, ada juga yang mengalami di waktu tahun-tahun pertama kuliah, ada yang di semester akhir dan banyak yang mengalami setelah lulus kuliah.

Oleh sebab itu, ada beberapa hal penting yang harus kita perhatikan jauh lebih pertama kali. Saat sebelum membuat keputusan untuk menentukan kuliah dimana. Kenapa ini penting untuk mendapatkan perhatian dalam hidup kita? Karena jika tidak diberikan perhatian akan berdampak terhadap keharmonisan keluarga.

Saya mengerti latar belakang orangtua kita berbeda. Dengan berbagai ragam latarbekang ini yang kemudian saya ambil kesimpulan paling besar. Kesimpulan ini dilihat berdasarkan angka tingkat pendidikan. Secara umum angka pendidikan negara kita rendah, nah ini mempengaruhi pola asuh orangtua. Bersyukur jika orangtua mu merupakan orangtua yang berpendidikan tinggi dan sadar akan pola asuh anak. Namun tidak semua seperti itu kan?

Sebagai orangtua tentu mereka memiliki perasaan egois untuk selalu dihormati dan dihargai. Hal wajar. Kita sebagai anak pun memang diharuskan berbakti, menghormati dan menghargai mereka. Maka kita dilarang membantah walaupun kita benar. Boleh saja membantah dengan cara-cara yang santun. Hanya saja bentuk bantahan selalu memberikan efek kekecewaan yang menimbulkan luka dalam kadar tertentu.

Ego seorang anak yang cendrung besar dan belum stabil pun ikut andil dalam gejolak kasus ini. Bentrokan ego tidak dapat dihindari jika kita mengabaikan hal-hal kecil yang ternaya perlu mendaptkan perhatian. Itulah yang kemudian memunculkan konflik  pascasarjana dengan orangtua.

Beberapa hal tersebut adalah:

  1. Diskusikan masa depanmu bersam aorangtua. Atau orangtua berdiskusi dengan anaknya tentang masa depan mereka. Apa yang mereka suka? Bakat apa yang mereka punya? dan hal apa yang mereka minati. Lalu akan kemana mereka nanti? Menjadi apa? Kuliah dimana? dan bagimana peluang karirnya?
  2. Negosiasi jika ada perbedaan tujuan dengan orangtua. Misal, orangtua ingin anak menjadi Pegawai Negeri. Namun sang anak sadar akan kemampuan menulisnya dan ingin berkarir didunia tulisan. Lalu cari jalan tengah sebagai solusi.
  3. Ketika jalan tengah belum didapat dan solusi ditemuukan. Kita masih memiliki waktu untuk berpikir, tenang, berdoa dan mempertimbangkan lagi. Waktu yang cukup untuk membuang ego masing-masing. Kamu atau orangtua yang akan mengalah? itu masih bisa dikendalikan.
  4. Jika ternyata orangtua keukeh pada pilihanya, tidak mengizinkan kamu untuk menjadi seperti yang diri kamu inginkan dengan segala pertimbangan baik untuk masa depanmu. Mengharuskan kamu mengalah dan menjalani pilihan itu. Kamu harus menerimanya, meskipun  tidak mudah. Gak masalah kalau hal itu membuatmu sedih dan marah. Kamu masih punya waktu untuk menenangkan diri.

    Dalam hal ini tidak baik jika kamu melakukan perlawan seperti mogok ini dan itu, kabur dari rumah atau membenci mereka dan terpaksa menjalani pilihan masa depan. Karena percayalah mereka memiliki alasan yang kuat. Beda kasus jika orangtua menyerahkan semua kepada kita apapun keputusan masa depan yang kita ambil dan mereka mendukung secara penuh. Maka kamu harus menjaga kepercayaan serta dukungan mereka sebaik mungkin.
  5. Kamu sudah mengetahu hal yang orangtua kamu inginkan. Selanjutnya hindari hal yang tidak mereka inginkan. Lalu buat rencana kedepan dengan hal yang orangtua kita inginkan tadi. Buat Plan A, B, C dan seterusnya hingga kita berhasil seperti yang orangtua harapkan.

    Misal: Orangtua ingin kita jadi PNS maka kita hrus mempersiapkan hal-hal yang membuat kita menjadi PNS. Misalnya selam kuliah menjaga bagimana IPK tetap tinggi, lulus dengan cumloude, dan tercepat. Menjadi mahasiswa yang berprestasi dan berbudi baik. Dan hal lainnya.
Ini memang terlihat sederhana dan sepele. Namun siapa sangka hal ini dapat membuat anak mengidap tekanan batin yang berpotensi menjadi ganguan kejiwaan. Seperti despresi berat. Kebencian kepada orangtua yang akan  juga berdampak pada pola asuh anaknya kedepan nanti.
Komunikasi dengan keluarga adalah hal yang sangat penting, serta mampu untuk saling memahami satu dengan lainnya juga dibutuhkan untuk menghindari konflik  pasca sarjana dengan orangtua. Semoga keluarga kita selalu harmonis dan sehat. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar